Sabtu, 29 April 2017


INOVASI YANG DILAKUKAN DESAINER TERHADAP FASHION


Gambar terkait

         Keberanian akan memunculkan kreasi bahkan inovasi, tak terkecuali dalam fashion. Dengan keberanian, para pencinta fashion akan dituntun untuk mengenakan busana sesuai jati dirinya bukan sekedar pamer label atau mengikuti tren.
 Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese berupaya menggugah para pencinta fashion untuk lebih memperkaya gaya berbusananya. Dalam koleksi tahunan yang digelar di salah satu hotel di bilangan Senayan, Jakarta, pekan lalu, melalui label Sebastian Gunawan Couture, keduanya mengambil tema La Divina Marchesa untuk koleksi Spring Summer 2017.
Tema terinspirasi dari Luisa Casati, seorang Marchesa (bangsawan) asal Italia yang selama tiga dekade di awal abad 20 dianggap perempuan paling artistik setelah Bunda Maria dan Cleopatra.
Koleksi yang merupakan busana malam dan koktail sangat lekat dengan karya label Sebastian Gunawan, seperti potongan bahu asimetris,  jumsuit,  cape panjang maupun gaun bervolume gigantis. Namun yang sedikit berbeda, jika dalam koleksi sebelumnya Sebastian dan Cristina lebih banyak menggunakan kain bertekstur kaku. Kali ini, mereka lebih banyak menggunakan lace dan membiarkan kain tersebut menerawang memperlihatkan kulit tubuh.
Unsur budaya Timur (Turki, Tiongkok, Jepang), dan Barat (Eropa) sangat terasa dalam koleksi sebanyak 91 busana, 20 diantaranya merupakan koleksi yang sudah dipamerkan dalam Paris Couture Fashion 2016. Unsur tersebut muncul dari percampuran warna-warna yang kuat, detail maupun bentuk.
Hasil gambar untuk inovasi dalam bidang fashion wanita

         Dengan keandalannya, mereka menampilkan pagelaran yang memukau penonton. Kuncinya, perubahan warna gelap ke terang tidak muncul secara mendadak, sehingga perubahannya hampir tidak dirasakan para tamu undangan. “Setiap desainer memiliki cara kerjanya masing-masing,” ujar Sebastian yang biasa disapa Seba.
Luisa Casati menjadi inspirasi karena wanita tersebut berani mendobrak fashion yang berkembang kala itu. Jika para wanita lebih senang mengalungkan scarf untuk hiasan leher, Luisa lebih memilih ular boa. Lainnya, jika wanita lebih memilih jalan sambil membawa anjing, dia lebih senang membawa leopard.
Kontroversial gayanya tak pelak mengundang fotografer, pelukis, desainer, pematung maupun penulis. Mereka terinspirasi oleh gaya wanita yang mencintai ballet Rusia tersebut. “Dia bagian dari seni itu sendiri,” ujar Seba yang juga mengambil kostum ballet Rusia saat itu menjadi inspirasi desainnya.
Busana ballet Rusia yang berkembang tidak hanya rok mekar dari bahan tule. Ballet dapat menggunakan kostum celana Ali Baba maupun tokoh lainnya. Hal tersebut karena , ballet Rusia tergolong ballet kontemporer sehingga mudah dimasuki berbagai unsur budaya. Di tambah dalam waktu yang bersamaan, budaya Timur Tengah masuk ke Eropa. Sehingga, budaya Rusia tercampuri oleh budaya Timur Tengah.

Keberanian Fesyen yang Melahirkan Inovasi

         Keberanian mendobrak fashion bukan perkara mudah untuk setiap orang. Tidak seperti dalam bidang kerja, wanita bisa masuk ke ranah kerja yang biasa di dominasi laki-laki. Namun dalam fashion, mereka masih mengikuti gelombang dominasi. “Dalam fashion tidak terjadi, mereka kayak ikut-ikutan, itu budaya terutama bangsa kita,” ujar dia.

Hasil gambar untuk FASHION INDONESIA

         Seba menyayangkan para pecinta fashion Tanah Air yang lebih senang mengikuti busana yang tengah ramai di pasaran. Padahal dengan banyaknya budaya, mereka bisa mengeksplorasi gaya yang berbeda-beda. Tanpa bermaksud mendiskreditkan, ia mencontohkan bahwa para wanita yang menggunakan kerudung dapat menggunakan gaya kerudung dari berbagai daerah, seperti kerudung Jambi. Atau, kerudung yang digunakan para pahlawan, misalnya Cut Nyak Dien.“Mengapa semakin hari, negara kita seperti orang Arab,” ujar dia tentang model busana yang tengah menjamur. Bagi dia dalam berbusana, perempuan perlu memiliki karakter. Hal tersebut tidak lain, sebagai indikator wanita memiliki identitas.